Pasti setiap mahasiswa tingkat akhir akan disibukkan dengan menulis karya ilmiah berupa penelitian, baik jenjang D3,S1,S2, bahkan S3. Bedanya adalah ditingkat kedalaman dan keluasan masalah yang diangkat sebagai topik penelitian masing-masing jenjang.
Biasanya mahasiswa yang notabene memiliki idealisme tinggi yang bangga dengan julukan Agent of Change-nya akan berusaha mencari masalah yang out of the box, berharap dia bisa memecahkan masalah besar yang belum terpecahkan sebelumnya. Sedangkan mahasiswa golongan middle kebawah biasanya akan lebih realistis untuk menyelesaikan karya tulisannya dan berharap segera lulus tepat waktu. Masing-masing punya keinginan dan tujuan yang berbeda, tidak ada yang lebih baik dan tidak ada yang lebih buruk, yang terpenting adalah karya tulis tersebut bisa terselesaikan dengan baik.
Namun, semangat mahasiswa yang sama-sama menggebu ini biasanya akan mulai luntur dengan sendirinya seiring revisi dari dosen pembimbing yang tak kunjung usai. Ada yang seharian menunggu dosen untuk sekedar menyerahkan naskah yang entah kapan akan dilihat oleh sang dosen. Ada juga tipe dosen yang langsung mengkoreksi naskah seketika dan mahasiswanya juga disuruh revisi keesokkan harinya. Yang lebih mengharukan adalah ketika antara dosen pembimbing satu dan pembimbing dua sedang tidak akur, alhasil mahasiswalah yang menjadi korban. Sepertinya si mahasiswa harus terima nasib atau mungkin bisa jadi malah membantu kedua dosen tersebut agar akur lagi, meskipun jarang sekali yang seperti ini.
Disisi lain yang menjadi masalah saat mengerjakan naskah tidak hanya dari sudut dosen, tapi juga bisa dari sisi mahasiswa. Beberapa oknum mahasiswa malah ada yang mem-PHP dosen pembimbingnya. Bahkan sang dosenlah yang berinisiatif mencari tahu kabar mahasiswa tercintanya yang tak kunjung menghadap dan membawa naskah untuk dikoreksi. Memang tidak semua dosen seperti itu, ada juga dosen yang cuek merasa yang butuh bimbingan adalah mahasiswa, jadi kalau mahasiswanya menghilang gak jadi masalah.
Sebetulnya masih banyak lika-liku seputar tugas akhir ini dari yang lucu sampai yang haru.
Tapi, ada satu hal yang masih teringat, yaitu kata-kata dari seseorang yang mengatakan, "Sehebat apapun Naskah Skripsi/KTI atau Tugas Akhir yang kamu buat, naskah itu tidak akan bisa mengubah dunia dan hanya akan berakhir di perpustakaan sebagai tumpukan kertas". Mungkin kedengarannya masuk akal bagi orang yang pragmatis, namun mengerjakan Skripsi/KTI/TA itu mengajarkan banyak hal bagi mahasiswa. Mahasiswa diajarkan untuk bernalar, bersabar, bijak dalam bersikap, disiplin, kontrol diri, manajemen waktu, skill komunikasi, membangun jaringan, kemapuan berargumen, membuat narasi, menuliskan ide, menyampaikan gagasan dan masih banyak yang lain yang mungkin tidak disadari oleh mahasiswa. Mungkin naskah Skripsi/KTI/TA dengan judul muluk-nya memang tidak bisa mengubah dunia, tapi saya yakin manusia yang mengikuti dan menjalani proses itulah yang bisa mengubah dunia. Yakinlah bahwa perjuangan yang kalian lakukan dalam menyelesaikan Skripsi/KTI/TA tidak akan sia-sia. Selamat berjuang para pencari tanda tangan.
1 Comments
Terharu dengan tulisan ini, demi sebuah tanda tangan harus drama dulu, ingin menyerah di tengah jalan😅
ReplyDelete