Beberapa hari yang lalu dapat gambar tersebut dari salah satu grup whatsapp yang isinya apoteker dari segala bidang. Hal pertama yang terlintas adalah Apoteker Demo? Demo Demi RUU? Ada Apa Dengan Apoteker?.
Memang gak ada yang salah dengan demo, sah-sah saja memperjuangkan aspirasi di negara demokrasi ini.
Nah di grup tersebut juga ada Draf RUU Apoteker. Akhirnya saya baca dan disini ijinkan saya beropini tentang isi RUU tersebut, boleh setuju boleh tidak.
1. RUU ini ceritanya kan memperjuangankan nasib apoteker agar lebih punya taring di lahan kerjanya di dunia farmasi. Pertanyaannya kalau sudah disahkan apa menjamin Apoteker itu bakal standby? Syukur-syukur kalau akhirnya bisa standby dengan take home pay yang sesuai. Kalau ternyata kondisinya gak jauh berbeda dengan sebelum ada RUU, ya malu lah.
2. Di RUU ini dimunculkan istilah Fasilitas Pelayanan Keapotekeran, nah yang kerja disana apa semua harus apoteker? yang TTK gimana?. Kok rasanya lebih pas tetap menggunakan istilah Fasilitas Pelayanan Kefarmasian, itu lebih down to earth mengayomi profesi lain. Perlu diingat bahwa dibidang farmasi profesinya tidak hanya Apoteker yang dinaungi IAI, tapi ada TTK yang dinaungi PAFI. Ini yang menjadi pertanyaan saya, kenapa di bidang farmasi ada 2 organisasi profesi? Apakah di bidang kedokteran, keperawatan, kebidanan ada lebih dari satu organisasi profesi?. Apa gak bisa IAI dan PAFI melebur? bareng-bareng membahas permasalahan di dunia farmasi yang fana ini? apa mereka musuhan? ya malu lah.
3. Muncul Istilah baru rasa lama yaitu Apoteker Spesialis. Kalau denger istilah Apoteker spesialis ini kok gak asing ya? dulu di Unair ada jenjang pendidikan setara S2 untuk apoteker namanya Sp.FRS, tapi gak lama diganti jadi gelar M.Farm.Klin. Nah, sekarang di RUU muncul apoteker spesialis lagi. Apa nanti akan ada prodi baru? Misal Apoteker Spesialis Rumah Sakit, Apoteker Spesialis Industri, Atau Apoteker Spesialis Komunitas?. Eits, sebelum lanjut bikin prodi baru apoteker spesialis, tolong ditambah dulu prodi Apoteker di Indonesia. Rasio prodi S1 dan Apoteker itu masih jauh banget, apalagi sekarang jarang ada program profesi apoteker yang menerima mahasiswa S1 terutama dari PTS untuk masuk menimba ilmu sampe jadi apoteker. Banyak alasan penolakannya, tapi yang utama akreditasi PT asal. Nah, kalau yang S1 ini lulus terus gak bisa lanjut apoteker, akhirnya mereka masuk ke dunia kerja sebagai TTK. Ini jadi masalah baru yang sepertinya gak menarik dibahas oleh apoteker, akhirnya yang ribut di organisasi profesi kefarmasian yang lain. Intinya diberesin dulu lah yang S1 dan profesi Apoteker ini, jangan ke Apoteker spesialis dulu. Masa mau egois? ya malu lah.
4. Ada Pelayanan Farmasi Veteriner. Ini yang bener-bener baru menurut saya. Sebelumnya yang di bahas diperaturan bidang farmasi setau saya belum ada yang membahas farmasi untuk pengobatan hewan atau veteriner ini. Menurut saya ini bagus, paling tidak ada opsi lahan pekerjaan baru buat apoteker atau ada usaha untuk mengambil hak profesinya yang sebelumnya lebih didominasi dokter hewan. Kalau RUU ini disahkan, praktis akan lebih luas lagi materi yang harus diajarkan ke mahasiswa apoteker karena harus belajar pengobatan untuk hewan yang notabene ada banyak jenia hewan. Kita belajar tentang mamalia manusia ini aja njlimet apalagi harus belajar tentang hewan. Mungkin nanti ada bidang Ilmu Farmazoologi. Hal lucu yang terbayang adalah pas KIE ke pasien hewan. Mau belajar bahasa hewan?
Itu aja dulu komen dan opini saya terkait RUU Apoteker, mohon maaf apabila ada yang berasa tersinggung dengan tulisan saya dan mungkin ada yang kurang benar dari tulisan saya. Saya hanya manusia biasa. Semoga Apoteker selalu Jaya. Selamat berjuang kawan.
Draft RUU bisa dilihat disini
0 Comments